Minggu, 30 Mei 2010

Pabrik Apple Ipad di China Seketat Penjara Supermaksimum

Sebaris pagar berduri, petugas bersenjata, dan pemeriksaan ala Penjara Guantanamo adalah sederetan introduksi di salah satu sudut Longhua, Cina. Sederet bangunan megah berdiri angkuh di belakangnya.

Ini bukan penjara. Ini pabrik Apple Inc. Orang mungkin akan tercengang melihat penjagaan supermaksimum bagi yang keluar-masuk bangunan itu. Setiap pekerja akan menghadapi gerbang pemeriksaan logam sebelum menggesekkan kartu identitasnya. Penjaga akan memindai sidik jari sopir yang keluar-masuk pabrik tersebut.

“Jika ketahuan terdeteksi ada logam atau komponen lain yang terbawa karyawan yang keluar, petugas akan segera menelepon polisi,” kata seorang penjaga yang berseragam.

Bangunan-bangunan itu sebenarnya lebih dari sekadar pabrik. Ada yang menjulukinya kota berdinding. Di kompleks pabrik Apple itu semua kebutuhan karyawan tersedia. Ada penginapan, kantin, pusat rekreasi, bahkan bank, kantor pos, dan toko roti. Tapi tak sembarang waktu mereka bisa keluar-masuk.

“Seperti dalam novel-novel intelijen,” kata wartawan Reuters.

Mengapa Apple begitu paranoid? Imaji apa yang melayang-layang di kepala petinggi Apple? Ketakutan?

Di “penjara” inilah produk andalan Apple dilahirkan. Pabrik ini dikendalikan oleh Foxconn Internasional dari Taiwan. Tapi Foxcon sendiri tak bisa menjiplak persis produk Apple, dari iPhone sampai iPad atau buku digital. Tak ada pejabat Foxconn yang tahu detail semua komponen.

Untuk menjaga kerahasiaan agar tak dijiplak Cina, Apple memang superketat menjaga rahasia data-data pabrik. Apple membuat sistem yang beda, sementara vendor lain–seperti Samsung atau Hewlett-Packard–umumnya menyerahkan urusan A sampai Z produksi kepada satu subkontraktor.

Apple punya imajinasi yang berbeda. Mereka membagi-bagi pekerjaan subkontraktor kepada banyak vendor. Tak satu pun pejabat Foxconn di pabrik itu yang tahu dari mana komponen-komponen tersebut berasal. Semuanya rahasia. Segelintir pejabat Apple saja yang tahu.

Seperti siang itu, siang mengirimkan sinarnya yang terik dan sebuah mobil boks datang. Tak banyak yang tahu apa komponen di mobil boks tersebut. Panjangnya jalur subkontrak ini untuk mencegah penjiplakan produknya. “Jadi, yang tahu produk Apple hanya pejabat Apple sendiri,” kata seorang analis.

Seorang karyawan di pabrik itu bahkan mengaku, “Saya tak pernah membicarakan produk Apple dengan istri sendiri. Kultur di sini adalah ‘tutup mulutmu’.”

Pernah ada wartawan yang menginvestigasi asal komponen-komponen itu dan menulisnya di koran. Wartawan tersebut langsung digugat Apple. Kantor Apple di Taiwan menggugat sang jurnalis dengan tuntutan Rp 44 miliar. Alasannya, kegiatan itu merusak sistem kerja. Belakangan gugatan tersebut diturunkan menjadi 1 yuan setelah asosiasi wartawan dunia menyurati Steve Jobs, sang pendiri Apple.

Atas nama pengamanan pula, Apple malah kerap meminta subkontraktornya membuat komponen yang ukurannya tak standar dengan yang dipakai para rivalnya.

Itulah “kerepotan” yang harus dibayar Apple untuk membuat iPad atau iPhone tak gampang dijiplak produsen Cina. Tanpa segala kerepotan ini, bisa dibayangkan betapa mudah iPhone atau iPad dijiplak. Padahal, Pad pada 2010 ditargetkan terjual 2 sampai 5 juta unit. Wow! “Penjara Longhua” itu telah menghadirkan pundi-pundi bagi Apple.

Toh, seketat-ketatnya Apple menyimpan rahasia, rival-rivalnya akhirnya berhasil mengintip juga. Produsen-produsen seperti MSI, Acer, dan Lenovo telah bersiap menggerus pasar iPad. Mereka kini telah menghadirkan komputer-komputer tablet yang siap menandingi iPad.

Pabrik-pabrik Cina tetap saja pengintip yang hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No SARA, No Bad Words, No Spaming, No Flooding, No Advertise Links, No Porn Link. If you do not agree to these terms, please do not use this service or you will face consequences.

Entri Populer